Kamis, 05 Desember 2013

Aneka Warna Manusia dengan Sistem Kekerabatan

BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Masalah
      Etnografi adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan. Dikaitkan dengan sistem kekerabatan, etnografi memiliki hubungan sangat erat. Sistem kekerabatan memiliki pengertian sistem hubungan sosial yang merupakan kekerabatan dalam budaya tertentu.
Secara umum kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dewasa ini seringkali kebudayaan, sistem kekerabatan dan keluarga sebagai institusi pendidikan belum disadari betul oleh kalangan masyarakat. Menurut Salamah (2012) “pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah”.
Sejalan dengan pendapat menurut Hasbullah (1997) dalam Salamah (2012) menyatakan bahwa “keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah”.
Bertitik pangkal dari permasalahan di atas, penulis akan menjelaskan etnografi dan masalah aneka warna manusia, sistem kekerabatan dan keluarga sebagai institusi pendidikan. Salah satunya dengan makalah yang berjudul “Aneka Warna Manusia dengan Sistem kekerabatan”.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah:
1.        Bagaimana cara mengetahui etnografi dan sistem kekerabatan?
2.        Bagaimana cara mengoptimalkan peran keluarga dalam institusi pendidikan?
C.      Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini secara umum adalah untuk memperoleh penjelasan singkat tentang “Aneka Warna Manusia dengan Sistem Kekerabatan”. Secara lebih terperinci tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.        Mendapatkan penjelasan singkat tentang etnografi dan sistem kekerabatan.
2.        Mendapatkan informasi tentang fungsi keluarga sebagai institusi pendidikan.



BAB II
LANDASAN TEORI


A.      Etnografi dan Masalah Aneka Warna Manusia
Klasifikasi dari aneka-warna ciri tubuh manusia dalam hubungannya dengan sejarah persebarannya dimuka, dilakukan oleh seorang dokter bernama J.C Prichard (1786-1848) ia menghubungkan data etnografi mengenai ciri-ciri fisik dengan data etnografi mengenai kebudayaan berbagai bangsa yang tersebar didunia. Suatu teori yang menyatakan bahwa perubahan cara hidup, artinya perubahan kebudayaan, juga merupakan salah satu sebab dari perubahan ciri fisik manusia dikembangkannya dalam dua buah buku ytang berjudul Research into the Physical History of man (1813) dan the natural History of man.
Menurut pendapat Spradley (1980: 3) bahwa “etnografi adalah pekerjaan menggambarkan kebudayaan”. Sradley (1975: 69) mengemukakan kembali bahwa tujuan pendekatan etnografi adalah:
Menemukan makna yang tersembunyi yang terletak dibelakang perilaku dan pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan dan menginterpretasikan perilaku. Tujuan utama dari etnografi adalah untuk memahami cara – cara kehidupan lain dari sudut pandang masyarakat. Membuat suatu etnografi tidak saja berarti kita mempelajari suatu masyarakat, etnografi berarti belajar dari masyarakat.
Sedangkan menurut Agar (1980: 77 – 81) menyatakan bahwa tujuan etnografi adalah:
Belajar untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahuai dan tujuan seperti ini tergantung kepada gagasan mengenai urusan yang menekankan pentingnya proses menginterpretasikan mengenai segala sesuatu yang menjadi perhatian, mengenai alam, gerak dan lain – lain.
Sementara itu Spradley (1979: 22) menyebutkan bahwa “setiap hasil etnografi adalah merupakan sebuah terjemahan, penulisan kembali dari data – data yang diperoleh dengan bahasa si peneliti.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan etnografi adalah segala pengetahuan tentang kehidupan, budaya gagasan hanya dapat diperoleh melalui proses belajar.
B.       Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan adalah tata hubungan antara anggota suatu keluarga yang ditentukan oleh batas – batas:
·           Kesadaran kekerabatan (kinship awareness)
·           Pergaulan kekerabatan (kinship affiliations)
·           Hubungan Kekerabatan (kinship relations)
1.        Prinsip Keturunan
Tata hubungan kekerabatan ditentukan oleh prinsip – prinsip keturunan (principle of descent) yang ragamnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.        Prinsip Patrilineal
Hubungan kekerabatan berdasarkan pada garis pria atau kekerabatan ayah saja, sedangkan kerabat ibu tidak diperhitungkan. Contoh: masyarakat Batak.
b.        Prinsip Matrilineal
Hubungan kekerabatan bersdasarkan pada garis wanita atau kerabat ibu saja, sedangkan kerabat bapak tidak diperhitungkan. Contoh: masyarakat Minangkabau.
c.         Prinsip Bilineal
Hubungan kekerabatan berdasarkan pada garis pria untuk sejumlah hak dan kewajiban tertentu dan melalui garis wanita untuk sejumlah hak dan kewajiban lainnya. Contoh; masyarakat Umbundu di angola, Afrika Barat dimana urusan pemeliharaan ternak dan harta warisan berupa ternak diatur melalui garis ayah sememntara urusan pertanian dan tanah diatur melalui garis ibu.
d.        Prinsip Bilateral
Hubungan kekerabatan berdasarkan pada garis pria maupun wanita. Karena dalam kehidupan bermasyarakat individu tidak bisa berhubungan dengan semua kerabat biologisnya, maka dalam Prinsip Bilateral dikenal beberapa prinsip tambahan.
·      Prinsip Ambilineal
Hubungan kekerabatan untuk sebagian orang dalam masyarakat diperhitungkan menurut garis pria dan untuk sebagian orang lainnya menurut garis wanita. Contoh masyarakat Dayak Iban Ulu Ai.
·           Prinsip konsentris
Hubungan kekerabatan diperhitungkan sampai angkatan atau generasi terbatas. Contoh masyrakat jawa dari lapisan bangsawan, diberi gelar Bendara Raden Mas, raden Mas, dan sebagainya. Diturunkan kepada pria dan wanita secara bilateral sampai generasi tertentu.
·           Prinsip promogenitur
Hubungan kekerabatan diperhitungkan melalui garis pria dan wanita yang tertua saja. Contoh masyarakat di Polenesia.
·           Prinsip Ultimogenitur
Hubungan kekerabatan diperhitungkan melalui garis pria dan wanita yang termuda saja. Contoh: masyarakat Badaga di India Selatan, dimana anak pria/ wanita terakhir mewarisi rumah serta isinya.
2.        Kelompok Kekerabatan
Kelompok kekerabatn dapat dibedakan menjadi 9 jenis:
a.        Keluarga Inti (nuclear family)
b.        Keluarga Luas (extended family)
Terdiri dari beberapa keluarga inti yang menjalin hubungan keluarga yang arat dan tinggal bersama pada suatu rumah atau pekarangan.
c.         Kindred
Merupakan kesatuan kekerabatan yang menjadi aktif bila ada peristiwa seperti pertemuan, upacara, pesta, kegiatan lainnya.
d.        Keluarga Ambilineal Kecil
Merupakan kelompok kekerabatan yang berkoporasi, dimana keluarga yang tergabung di dalamnya dapat menikmati harta produktif secara bersama.
e.         Keluarga Ambilineal Besar
Terdiri dari tiga atau empat generasi, dimana warga satu dengan lainnya tidak selalu saling mengenal.
f.          Klen Kecil
Terdiri dari gabungan keluarga luas yang merasa berasal dari nenek moyang, baik menurut garis pria maupun wanita
g.        Klen Besar
Kelompok kekerabatatan yang terdiri dari semua keturunan nenek moyang yang sama yang diperhitungkan melalui garis pria maupun wanita.
h.        Fratri
Kelompok kekerabatan patrilineal atau matrilineal yang bersifat lokal dan merupakan gabungan dari kelompok klen setempat.
i.          Paroh Masyarakat (moiety)
Kelompok kekerabatan gabungan klen – klen kecil atau bagian lokal dari klen besar yang mempunyai fungsi politis untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat.
C.      Peran Keluarga sebagai Institusi Pendidikan
Pendidikan anak perlu mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak diawali dari pendidikan keluarga yang merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Sebagai lembaga pendidikan yang utama dan pertama maka keluarga merupakan peletak dasar atau pundamen bagi pendidikan anak dalam mengikuti perkembangan selanjutnya. Pendidikan keluarga bertujuan memberikan pembinaan dan pengaruh kepada anak tentang dasar-dasar kehidupan termasuk pengetahuan agar anak terbuka perhatiannya dalam mencintai pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini serta bentuk kehidupan yang semakin mengglobal maka orang tua, guru dan masyarakat dituntut untuk mencari alternatif terhadap pembinaan dan pengembangn wawasan anak. Tri pusat pendidikan yaitu lingkungan, keluarga, masyarakat mempunyai peranan penting sebagai wadah pembinaan anak, harus kerja sama dan saling menunjang. Orang tua yang mengerti akan kebutuhan anak selalu menyiapkan sarana pendidikan dan juga memberikan motivasi agar anak bersemangat untuk belajar. Pemberian motivasi membuat anak dapat percaya diri, kreatif dan berpikir jernih dan logis. Pembinaan tanpa memaksakan kehendak akan lebih bermanfaat buat kelanjutan kehidupan anak. Kebebasan keluwesan dan kepercayaan orang tua, memungkinkan munculnya kreatifitas bagi anak. Prestasi belajar yang baik akan dapat dicapai apabila tanggung jawab pendidikan tidak dilimpahkan pada guru semata, tetapi orangtua pun harus memikul tanggung jawab membuat anaknya dapat belajar dan memotifasinya setelah berada di lingkungan keluarga.
Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh cara keluarga dalam membina, menuntun, mendidik anaknya. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan atau motifasi belajar kepada anaknya maka anak itu akan mencapai prestasi yang memuaskan. Karena dalam belajar seorang anak memperoleh motivasi dari dalam dirinya, juga dari luar dirinya terutama dari orang tuanya atau keluarga.
Motivasi belajar dari luar diri anak terutama dari orang tuanya  sangat berperan untuk pencapaian prestasi seorang anak, karena orang tuanyalah yang mengatur dan mengetahui keberadaan seorang anak diluar sekolah dan setiap kebutuhan belajar anak dipenuhi oleh orang tuanya.
Orang tua dalam mendidik anak, khususnya di dalam rumah tangga sangatlah penting, karena di dalam rumah tangga seorang anak mula – mula memperoleh bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya. Tugas orang tua aalah sebagai guru atau pendidik yang utama dan pertama di dalam rumah tangga dalam menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan mental dan fisik anak.
Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Bagi orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anaknya, akan selalu memandang anak sebagai mahluk yang berakal yang sedang timbuh dan bergairah serta selalu ingin menyelidiki dan selalu ingin mengetahui sesuatu yang ada disekelilingnya. Oleh karena itu orang tua merasa terpanggil untuk mendidik atau memberikan perhatian atau motivasi kepada anak-anaknya.
Namun tidak dapat disangkal bahwa selama ini sebagian orang tua lupa dan lalai karena tidak tahu bagaimana cara melaksanakan tugas yang amat penting itu. Banyak diantara orang tua yang beranggapan bahwa kalau anak-anak sudah diserahkan kepada guru di sekolah, maka selesailah tugas mereka dalam mendidik atau memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya.

Dibawah ini ada beberapa fungsi keluarga dintaranya adalah:
1.        Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak adalah sebagai berikut:
a.         sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
b.        menjamin kehidupan emosional anak
c.         menanamkan dasar pendidikan moral anak
d.        memberikan dasar pendidikan sosial
e.         meletakan dasar-dasar pendidikan agama
f.         bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
g.        memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi   kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
h.        menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
i.          memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai   tujuan akhir manusia.
2.        Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah di antaranya adalah:
a.         orang tua bekerjasama dengan sekolah.
b.        sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan   kepercayaan orang tua terhadap sekolah  yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
c.         orang tua harus memperhatikan  sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan   menghargai segala usahanya.
d.        orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar   di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi   dan membimbimbing anak dalam belajar.
e.         orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
f.         orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani   proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga  tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.



BAB III
KESIMPULAN


Berdasarkan informasi yang diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina  kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan  anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.
Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh cara keluarga dalam membina, menuntun, mendidik anaknya. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan atau motifasi belajar kepada anaknya maka anak itu akan mencapai prestasi yang memuaskan. Karena dalam belajar seorang anak memperoleh motivasi dari dalam dirinya, juga dari luar dirinya terutama dari orang tuanya atau keluarga.



DAFTAR PUSTAKA


Agar, Michael H. (1980). The professional stranger An Informal Introduction to Ethnography. Orlando: Academic Press Inc
Hafiz, Abi. (2012). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak. [Online] http://abihafiz.wordpress.com/2011/02/08/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak/ [14 Februari 2012]
Sandi, Ari. (2012). Peranan Keluarga dalam Perkembangan Anak. [Online] http://arisandi.com/peranan-keluarga-dalam-perkembangan-anak/ [14 Februari 2012]

Spradley, James P. (1979). The ethnographic Interview. New York: Rinehart and Winston


CATATAN:
Kalau ingin mengcopy apa saja yang ada di halaman ini harap mencantumkan sumber blog ini.
TERIMA KASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar