Selasa, 08 Oktober 2013

EKSISTENSI ILMU PENGETAHUAN



BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Masalah

   Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya (Wikipedia, 2012).
      Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
    Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajian hal-hal normatif. Ilmu pengetahuan hanya membahas segala sisi yang sifatnya positif semata. Hal-hal yang bekaitan dengan kaedah, norma atau aspek normatif lainnya tidak dapat menjadi bagian dari lingkup ilmu pengetahuan. Bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh? Ilmu pengetahuan dihasilkan dari perilaku berfikir manusia yang tersusun secara akumulatif dari hasil pengamatan atau penelitian. Berfikir merupakan kegiatan penalaran untuk mengeksplorasi suatu pengetahuan atau pengalaman dengan maksud tertentu. Makin luas dan dalam suatu pengalaman atau pengetahuan yang dapat dieksplorasi, maka makin jauh proses berfikir yang dapat dilakukan. Hasil eksplorasi pengetahuan digunakan untuk mengabstraksi obyek menjadi sejumlah informasi dan mengolah informasi untuk maksud tertentu. Dikaitkan dengan filsafat ilmu. Filsafat diartikan sebagai pengetahuan suatu makan.
      Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan.
      Bertitik pangkal dari permasalahan di atas, penulis akan menjelaskan objek ilmu pengetahuan, metode ilmu pengetahuan, sistem ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah. Salah satunya dengan makalah yang berjudul “Eksistensi Ilmu Pengetahuan”.
B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.        Bagaimana cara mengetahui objek ilmu pengetahuan?
2.        Bagaimana cara mempelajari sistem ilmu pengetahuan?
C.      Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini secara umum adalah untuk memperoleh penjelasan singkat tentang “Eksistensi Ilmu Pengetahuan”. Secara lebih terperinci tujuan penelitian ini adalah:
1.        Mendapatkan penjelasan tentang cara mengetahui objek ilmu pengetahuan.
2.        Mendapatkan informasi tentang cara mempelajari sistem ilmu pengetahuan.




BAB II
LANDASAN TEORI


A.     Objek Ilmu Pengetahuan
1. Pengertian Ilmu
      Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
      Pengertian Ilmu menurut para ahli dalam Monalia (2012) dijelaskan sebagai berikut:

a. Mohamad Hatta, 
   Mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.

b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag,
      Mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

c. Karl Pearson
   Mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.

d. Ashley Montagu 
   Menyebutkan bahwa “Science is a systemized knowledge services form observation, study, and experimentation carried on under determine the nature of principles of what being studied”. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari).

e. Harsojo 
      Menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.

f. Afanasyef 
    Menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

2. Pengertian Pengetahuan
     Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
   Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

3. Objek – Objek Ilmu Pengetahuan
    Menurut Firdaus (2012) terdapat dua objek dalam ilmu pengetahuan diantaranya adalah objek material dan objek formal, kedua objek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Objek Material
    Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran menyelidiki suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
    Auguste Comte (dalam Sudrajat, 2008) mendasarkan klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:

Ilmu pasti/matematika
Ilmu falak/astronomi
Ilmu fisika
Ilmu kimia
Ilmu hayat/biologi, dan
Sosiologi.

    Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti meskipun matematika paling bersahaja. 
    Matematika juga merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu palak menambahkan unsur gerak terhadap matematika, misalnya kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu palak atau matematika ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat. Unsur gelaja kehidupan dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi mempelajari gejala kehidupan manusia berkelompok sebagai makhluk sosial.

b. Objek Formal 
    Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, misalnya apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah, dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
  Aristoteles (dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak pada tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia, dan politika.Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di antaranya, yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan pemanfaatannya, sedangkan poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu, termasuk alat yang akan digunakan untuk penerapan.
    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa objek material merupakan objek konkrit yang disimak ilmu sedangkan objek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. 
    Contoh objek material dalam ilmu matematika yaitu tentang bilangan, sedangkan objek formal yaitu penggunaan dari lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran. Filsafat membahas bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri. Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga bilangan kompleks.

B. Metode Ilmu Pengetahuan
     Menurut Juwita (2012) metode ilmu pengetahuan adalah cara – cara tertentu yang direncanakan untuk mengkaji dan mengkontrol masalah – masalah yang sedang dihadapi. Metode ilmu pengetahuan itu haruslah berdasarkan fakta, bebas prasangka serta objektif. Langkah – langkah metode ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Rumusan Masalah
   Adalah gambaran terhadap masalah yang dijadikan permasalahan. Rumusan masalah muncul dari pengamatan mengenai kejadian yang terjadi di lingkungan kita. Rumusan masalah biasanya berupa pertanyaan – pertanyaan mengenai objek yang hendak di teliti.

2. Hipotesis Awal
      Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang merupakan kumpulan fakta – fakta yang telah ditemui. Hipotesis awal bukan merupakan suatu pemecahan yang lengkap terhadap suatu masalah karena hipotesis awal tidak pernah lengkap yang hanya berupa gambaran sementara dari sebagian masalah.

3. Pengumpulan Fakta Tambahan 
    Fakta yang diperoleh pada awal pengamatan sangat tidak lengkap. Oleh sebab itu dibutuhkan fakta tambahan yang berfungsi sebagai petunjuk untuk pemecahan akhir.

4. Merumuskan Hipotesis 
   Merupakan jawaban sementara yang bersumber dari data – data yang diperoleh pada tahapan sebelumnya. Hipotesis yang sudah diajukan tidak dapat diterima begitu saja, melainkan harus di uji lagi dan apabila sudah sesuai dengan fakta fakta yang ada sebelumnya maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan akibat lebih lanjut.

5. Menyimpulkan Akibat Lebih Lanjut 
   Menyimpulkan akibat lebih lanjut dapat memperkuat hipotesis sebelumnya yang akan menuju ke kesimpulan akhir yang disebut sebagai teori. Setelah itu untuk memperoleh penegasan mengenai teori maka dibutuhkan pengujian akibat yang telah disimpulkan dari hipotesis.

6. Kesimpulan
     Menarik kesimpulan harus berdasarkan fakta – fakta yang didukung dengan hipotesis. Hipotesis yang sudah diterima kemudian dianggap sebagai bagian dari ilmu pengetahuan karena telah melalui tahapan – tahapan pengujian yang sudah terbukti kebenarannya.

C. Sistem Ilmu Pengetahuan
      Menurut Wikipedia Berbahasa Indonesia, pengertian sistem dalam pengertian yang paling umum adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Kata Sistem awalnya berasal dari bahasa Yunani (sustēma) dan bahasa Latin (systēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Menurut Ludwig Von Bartalanfy sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan. Pendapat yang hampir sama disampaikan oleh L. Ackof yang mengartikan sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
     Jadi sistem ilmu pengetahuan adalah komponen – komponen atau unsur – unsur yang ada dalam suatu ilmu pngetahuan.

D. Kebenaran Ilmiah
    Kebenaran tidak dapat lepas dari kualitas, hubungan dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang berbeda satu dengan yang lainnya, dan disitu terdapat sifat dari kebenaran.
   Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: Kebenaran dari kualitas pengetahuan, pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pernyataan itu. Kebenaran berkaitan dengan pengetahuan, dimana setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun, pengetahuan itu berupa:
Kebenaran biasa atau subyektif, pengetahuan ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subyektif, artinya amat terikat pada subyek yang mengenai.
    Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau bersifat spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan para ahli sejenis.
      Kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang penemuan muthakir.
Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran analisis, kritis dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung adalah absolute-intersubjektif.
   Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama bersifat dogmatis yang selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
   Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan akan mengakibatkan karakterstik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya. 
    Jadi jika membangun pengetahuan melalui indera atau sense experience, maka pembuktiannya harus melalui indera pula. Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Membangun pengetahuan tergantung dari hubungan antara subjek dan objek, mana yang dominan. Jika subjek yang berperan, maka jenis pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran yang bersifat subjektif. Sebaliknya jika objek yang berperan, maka jenis pengetahuannya mengandung nilai kebenaran yang sifatnya objektif.





BAB III
KESIMPULAN



Berdasarkan informasi yang diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajian hal-hal normatif. Ilmu pengetahuan hanya membahas segala sisi yang sifatnya positif semata. Hal-hal yang bekaitan dengan kaedah, norma atau aspek normatif lainnya tidak dapat menjadi bagian dari lingkup ilmu pengetahuan. Bagaimana ilmu pengetahuan diperoleh? Ilmu pengetahuan dihasilkan dari perilaku berfikir manusia yang tersusun secara akumulatif dari hasil pengamatan atau penelitian. Berfikir merupakan kegiatan penalaran untuk mengeksplorasi suatu pengetahuan atau pengalaman dengan maksud tertentu. Makin luas dan dalam suatu pengalaman atau pengetahuan yang dapat dieksplorasi, maka makin jauh proses berfikir yang dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA


Juwita. (2012). Metode Ilmu Pengetahuan. [Online] http://juwita.blog. fisip.uns.ac.id/2012/03/20/metode-ilmu-pengetahuan/ [23 Maret 2012]
Pirdaus. (2012). Makna dan Objek Filsafat Ilmu. [Online] http://pirdauslpmp. wordpress.com/2011/04/20/makna-dan-objek-filsafat-ilmu/ [23 Maret 2012]
Sakwati, Monalia. (2012). Objek Ilmu Pengetahuan. [Online] http://monaliasakwati.blogspot.com/2011/03/objek-ilmu-pengetahuan.html [23 Maret 2012]
Sudrajat, Akhmad. (2012). Perkembangan Filsafat Ilmu. [Online] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/perkembangan-filsafat-ilmu/
Wikipedia. (2012). Ilmu. [Online] http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu [23 Maret 2012]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar