BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Etnografi adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan. Dikaitkan dengan sistem kekerabatan, etnografi memiliki hubungan sangat erat. Sistem kekerabatan memiliki pengertian sistem hubungan sosial yang merupakan kekerabatan dalam budaya tertentu.
Secara umum kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dewasa ini seringkali kebudayaan, sistem kekerabatan dan keluarga
sebagai institusi pendidikan belum disadari betul oleh kalangan masyarakat. Menurut
Salamah (2012) “pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga
masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa
pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah”.
Sejalan dengan pendapat menurut Hasbullah (1997) dalam Salamah (2012)
menyatakan bahwa “keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi
yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak
dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah”.
Bertitik pangkal dari permasalahan di atas, penulis akan menjelaskan etnografi
dan masalah aneka warna manusia, sistem kekerabatan dan keluarga sebagai
institusi pendidikan. Salah satunya dengan makalah yang berjudul “Aneka Warna
Manusia dengan Sistem kekerabatan”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
diangkat dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Bagaimana cara mengetahui etnografi dan sistem
kekerabatan?
2.
Bagaimana cara mengoptimalkan peran keluarga dalam institusi
pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan
latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
makalah ini secara umum adalah untuk memperoleh penjelasan singkat tentang “Aneka
Warna Manusia dengan Sistem Kekerabatan”. Secara lebih terperinci tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1.
Mendapatkan penjelasan singkat tentang etnografi dan sistem
kekerabatan.
2.
Mendapatkan informasi tentang fungsi keluarga sebagai
institusi pendidikan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Etnografi
dan Masalah Aneka Warna Manusia
Klasifikasi dari aneka-warna ciri tubuh manusia dalam hubungannya dengan
sejarah persebarannya dimuka, dilakukan oleh seorang dokter bernama J.C
Prichard (1786-1848) ia menghubungkan data etnografi mengenai ciri-ciri fisik
dengan data etnografi mengenai kebudayaan berbagai bangsa yang tersebar
didunia. Suatu teori yang menyatakan bahwa perubahan cara hidup, artinya perubahan
kebudayaan, juga merupakan salah satu sebab dari perubahan ciri fisik manusia
dikembangkannya dalam dua buah buku ytang berjudul Research into the Physical History of man (1813) dan the natural History of man.
Menurut pendapat Spradley (1980: 3) bahwa “etnografi adalah pekerjaan
menggambarkan kebudayaan”. Sradley (1975: 69) mengemukakan kembali bahwa tujuan
pendekatan etnografi adalah:
Menemukan
makna yang tersembunyi yang terletak dibelakang perilaku dan pengetahuan yang
digunakan untuk menghasilkan dan menginterpretasikan perilaku. Tujuan utama
dari etnografi adalah untuk memahami cara – cara kehidupan lain dari sudut
pandang masyarakat. Membuat suatu etnografi tidak saja berarti kita mempelajari
suatu masyarakat, etnografi berarti belajar dari masyarakat.
Sedangkan menurut Agar (1980: 77 – 81) menyatakan bahwa tujuan etnografi
adalah:
Belajar
untuk memperoleh pengetahuan yang belum diketahuai dan tujuan seperti ini
tergantung kepada gagasan mengenai urusan yang menekankan pentingnya proses
menginterpretasikan mengenai segala sesuatu yang menjadi perhatian, mengenai
alam, gerak dan lain – lain.
Sementara itu Spradley (1979: 22) menyebutkan bahwa “setiap hasil
etnografi adalah merupakan sebuah terjemahan, penulisan kembali dari data –
data yang diperoleh dengan bahasa si peneliti.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan etnografi
adalah segala pengetahuan tentang kehidupan, budaya gagasan hanya dapat
diperoleh melalui proses belajar.
B. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan
adalah tata hubungan antara anggota suatu keluarga yang ditentukan oleh batas –
batas:
·
Kesadaran
kekerabatan (kinship awareness)
·
Pergaulan
kekerabatan (kinship affiliations)
·
Hubungan
Kekerabatan (kinship relations)
1.
Prinsip Keturunan
Tata hubungan
kekerabatan ditentukan oleh prinsip – prinsip keturunan (principle of descent)
yang ragamnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Prinsip
Patrilineal
Hubungan kekerabatan
berdasarkan pada garis pria atau kekerabatan ayah saja, sedangkan kerabat ibu
tidak diperhitungkan. Contoh: masyarakat Batak.
b.
Prinsip
Matrilineal
Hubungan kekerabatan
bersdasarkan pada garis wanita atau kerabat ibu saja, sedangkan kerabat bapak
tidak diperhitungkan. Contoh: masyarakat Minangkabau.
c.
Prinsip
Bilineal
Hubungan kekerabatan
berdasarkan pada garis pria untuk sejumlah hak dan kewajiban tertentu dan
melalui garis wanita untuk sejumlah hak dan kewajiban lainnya. Contoh;
masyarakat Umbundu di angola, Afrika Barat dimana urusan pemeliharaan ternak
dan harta warisan berupa ternak diatur melalui garis ayah sememntara urusan
pertanian dan tanah diatur melalui garis ibu.
d.
Prinsip
Bilateral
Hubungan kekerabatan
berdasarkan pada garis pria maupun wanita. Karena dalam kehidupan bermasyarakat
individu tidak bisa berhubungan dengan semua kerabat biologisnya, maka dalam
Prinsip Bilateral dikenal beberapa prinsip tambahan.
·
Prinsip
Ambilineal
Hubungan kekerabatan
untuk sebagian orang dalam masyarakat diperhitungkan menurut garis pria dan
untuk sebagian orang lainnya menurut garis wanita. Contoh masyarakat Dayak Iban
Ulu Ai.
·
Prinsip
konsentris
Hubungan kekerabatan
diperhitungkan sampai angkatan atau generasi terbatas. Contoh masyrakat jawa
dari lapisan bangsawan, diberi gelar Bendara Raden Mas, raden Mas, dan
sebagainya. Diturunkan kepada pria dan wanita secara bilateral sampai generasi
tertentu.
·
Prinsip
promogenitur
Hubungan kekerabatan
diperhitungkan melalui garis pria dan wanita yang tertua saja. Contoh
masyarakat di Polenesia.
·
Prinsip
Ultimogenitur
Hubungan
kekerabatan diperhitungkan melalui garis pria dan wanita yang termuda saja.
Contoh: masyarakat Badaga di India Selatan, dimana anak pria/ wanita terakhir
mewarisi rumah serta isinya.
2.
Kelompok Kekerabatan
Kelompok kekerabatn dapat
dibedakan menjadi 9 jenis:
a.
Keluarga
Inti (nuclear family)
b.
Keluarga
Luas (extended family)
Terdiri dari
beberapa keluarga inti yang menjalin hubungan keluarga yang arat dan tinggal
bersama pada suatu rumah atau pekarangan.
c.
Kindred
Merupakan kesatuan
kekerabatan yang menjadi aktif bila ada peristiwa seperti pertemuan, upacara,
pesta, kegiatan lainnya.
d.
Keluarga
Ambilineal Kecil
Merupakan kelompok
kekerabatan yang berkoporasi, dimana keluarga yang tergabung di dalamnya dapat
menikmati harta produktif secara bersama.
e.
Keluarga
Ambilineal Besar
Terdiri dari tiga
atau empat generasi, dimana warga satu dengan lainnya tidak selalu saling
mengenal.
f.
Klen
Kecil
Terdiri
dari gabungan keluarga luas yang merasa berasal dari nenek moyang, baik menurut
garis pria maupun wanita
g.
Klen
Besar
Kelompok
kekerabatatan yang terdiri dari semua keturunan nenek moyang yang sama yang
diperhitungkan melalui garis pria maupun wanita.
h.
Fratri
Kelompok kekerabatan
patrilineal atau matrilineal yang bersifat lokal dan merupakan gabungan dari
kelompok klen setempat.
i.
Paroh
Masyarakat (moiety)
Kelompok kekerabatan
gabungan klen – klen kecil atau bagian lokal dari klen besar yang mempunyai
fungsi politis untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat.
C. Peran
Keluarga sebagai Institusi Pendidikan
Pendidikan anak perlu mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Pendidikan anak diawali dari pendidikan keluarga yang merupakan
lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Sebagai lembaga pendidikan yang
utama dan pertama maka keluarga merupakan peletak dasar atau pundamen bagi
pendidikan anak dalam mengikuti perkembangan selanjutnya. Pendidikan keluarga
bertujuan memberikan pembinaan dan pengaruh kepada anak tentang dasar-dasar
kehidupan termasuk pengetahuan agar anak terbuka perhatiannya dalam mencintai
pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini serta bentuk
kehidupan yang semakin mengglobal maka orang tua, guru dan masyarakat dituntut
untuk mencari alternatif terhadap pembinaan dan pengembangn wawasan anak. Tri
pusat pendidikan yaitu lingkungan, keluarga, masyarakat mempunyai peranan
penting sebagai wadah pembinaan anak, harus kerja sama dan saling menunjang. Orang
tua yang mengerti akan kebutuhan anak selalu menyiapkan sarana pendidikan dan
juga memberikan motivasi agar anak bersemangat untuk belajar. Pemberian
motivasi membuat anak dapat percaya diri, kreatif dan berpikir jernih dan
logis. Pembinaan tanpa memaksakan kehendak akan lebih bermanfaat buat kelanjutan
kehidupan anak. Kebebasan keluwesan dan kepercayaan orang tua, memungkinkan
munculnya kreatifitas bagi anak. Prestasi belajar yang baik akan dapat dicapai
apabila tanggung jawab pendidikan tidak dilimpahkan pada guru semata, tetapi
orangtua pun harus memikul tanggung jawab membuat anaknya dapat belajar dan
memotifasinya setelah berada di lingkungan keluarga.
Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh cara keluarga dalam membina,
menuntun, mendidik anaknya. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan atau
motifasi belajar kepada anaknya maka anak itu akan mencapai prestasi yang
memuaskan. Karena dalam belajar seorang anak memperoleh motivasi dari dalam
dirinya, juga dari luar dirinya terutama dari orang tuanya atau keluarga.
Motivasi belajar dari luar diri anak terutama dari orang tuanya
sangat berperan untuk pencapaian prestasi seorang anak, karena orang tuanyalah
yang mengatur dan mengetahui keberadaan seorang anak diluar sekolah dan setiap
kebutuhan belajar anak dipenuhi oleh orang tuanya.
Orang tua dalam mendidik anak, khususnya di dalam rumah tangga sangatlah
penting, karena di dalam rumah tangga seorang anak mula – mula memperoleh
bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya. Tugas orang tua aalah sebagai guru
atau pendidik yang utama dan pertama di dalam rumah tangga dalam menumbuhkan
dan mengembangkan kekuatan mental dan fisik anak.
Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu
pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi
yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak
dirumah; fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Bagi orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anaknya, akan
selalu memandang anak sebagai mahluk yang berakal yang sedang timbuh dan
bergairah serta selalu ingin menyelidiki dan selalu ingin mengetahui sesuatu
yang ada disekelilingnya. Oleh karena itu orang tua merasa terpanggil untuk
mendidik atau memberikan perhatian atau motivasi kepada anak-anaknya.
Namun tidak dapat disangkal bahwa selama ini sebagian orang tua lupa dan
lalai karena tidak tahu bagaimana cara melaksanakan tugas yang amat penting
itu. Banyak diantara orang tua yang beranggapan bahwa kalau anak-anak sudah
diserahkan kepada guru di sekolah, maka selesailah tugas mereka dalam mendidik
atau memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya.
Dibawah ini ada
beberapa fungsi keluarga dintaranya adalah:
1.
Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian
dan mendidik anak adalah sebagai berikut:
a.
sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
b.
menjamin kehidupan emosional anak
c.
menanamkan dasar pendidikan moral anak
d.
memberikan dasar pendidikan sosial
e.
meletakan dasar-dasar pendidikan agama
f.
bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong
keberhasilan anak
g.
memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan
berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
h.
menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan
nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
i.
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai
tujuan akhir manusia.
2.
Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung
pendidikan anak di sekolah di antaranya adalah:
a.
orang tua bekerjasama dengan sekolah.
b.
sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi
oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama
di ruang sekolah.
c.
orang tua harus memperhatikan sekolah
anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan
menghargai segala usahanya.
d.
orang tua menunjukkan kerjasama dalam
menyerahkan cara belajar di rumah, membuat pekerjaan rumah dan
memotivasi dan membimbimbing anak dalam belajar.
e.
orang tua bekerjasama dengan guru untuk
mengatasi kesulitan belajar anak
f.
orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang
pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani
proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang
tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan
berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan
peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan
ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang
dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam
menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak
yang sesuai denga tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu
cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang
disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang
paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik
maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk
menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
informasi yang diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah.
Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah
tanggung jawab sekolah.
Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina
kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam
masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik,
sebab pendidik merupkan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk petumbuhan
atau perkembangan anak didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa
dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi
sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses
pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi
anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama,
karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan
yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.
Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh cara keluarga dalam membina,
menuntun, mendidik anaknya. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan atau
motifasi belajar kepada anaknya maka anak itu akan mencapai prestasi yang
memuaskan. Karena dalam belajar seorang anak memperoleh motivasi dari dalam
dirinya, juga dari luar dirinya terutama dari orang tuanya atau keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Agar, Michael H. (1980). The professional stranger An Informal
Introduction to Ethnography. Orlando: Academic Press Inc
Hafiz, Abi. (2012). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak. [Online]
http://abihafiz.wordpress.com/2011/02/08/peran-orang-tua-dalam-pendidikan-anak/
[14 Februari 2012]
Sandi, Ari. (2012). Peranan Keluarga dalam Perkembangan Anak. [Online]
http://arisandi.com/peranan-keluarga-dalam-perkembangan-anak/
[14 Februari 2012]
Spradley,
James P. (1979). The ethnographic Interview. New York: Rinehart and Winston
CATATAN:
Kalau ingin mengcopy apa saja yang ada di halaman ini harap mencantumkan sumber blog ini.
TERIMA KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar