BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20 ini kata
perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaannya pertama-tama
dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di
samping kata perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua istilah itu
untuk maksud yang sama.
Dikaitkan dengan perkembangan anak usia Sekolah Dasar. Anak-anak usia SD
berpikir dan mengkonsepkan dalam bentuk-bentuk yang nyata (konkret); mereka
mengerti hal-hal yang ada dan terjadi saat ini serta nyata (yang dapat mereka
jamah). Mereka tidak mudah mengerti apa yang sedang terjadi pada mereka dan apa
implikasi-implikasinya dari apa yang telah terjadi. Kurangnya pengertian ini
membuat situasi yang mereka hadapi menjadi lebih menakutkan sehingga mereka
tidak punya cara untuk memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka. Untuk
itu perlu dijelaskan tentang tahap – tahap perkembangn potensi dan fantasi
anak. Bertitik
pangkal dari permasalahan di atas, penulis akan menjelaskan tahap–tahap
perkembangan potensi anak, cara–cara mengoptimalkan potensi anak dan
macam–macam fantasi anak. Salah satunya dengan makalah yang berjudul
“Perkembangan Fantasi Anak”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana cara mengembangkan potensi dan fantasi
anak usia Sekolah Dasar?
2.
Bagaimana cara mengoptimalkan perkembangan potensi dan
fantasi anak usia Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan
latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
makalah ini secara umum adalah untuk memperoleh penjelasan singkat tentang
“Perkembangan Fantasi Anak” di sekolah
dasar. Secara lebih terperinci tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mendapatkan gambaran tentang cara mengembangkan potensi dan
fantasi anak usia Sekolah Dasar.
2.
Mendapatkan informasi tentang cara mengoptimalkan
perkembangan potensi dan fantasi anak usia Sekolah Dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Perkembangan
Mulanya kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20
ini kata perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaannya
pertama-tama dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut
pertumbuhan di samping kata perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua
istilah itu untuk maksud yang sama.
Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah
konsep yang cukup rumit dan kompleks. Untuk itu disini selaku pemakalah
terlebih dahulu akan membahas perbedaan perkembangan dan pertumbuhan.
1.
Perkembangan
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan
sebagai “Long-term changes in a person’s
growth feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”.
Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati,
pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan
pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil
dalam kwalitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah
perkembangan juga tercakup konsep usia yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir
dengan kematian.
Menurut F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada
“suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali”.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal
dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang
lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa
yang dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkai perubahan psykis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
2.
Pertumbuhan
Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan (growth)
sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi,
sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002),
mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran
dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut
A.E. Sinolungan, (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu
yang dapat dihitung atau dapat diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
Sedangkan Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan
jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan
(multiplication) sel-sel.
Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada
kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik
optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan “perkembangan”
lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus
sampai akhir hayat.
Hurlock (2002: 161) menjelaskan, salah satu karakteristik tugas
perkembangan anak-anak adalah berkaitan dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Anak senang memuaskan keingintahuannya dengan hal-hal baru yang berbeda dengan
menjelajahinya. Anak yang lebih besar ingin menjelajah lebih jauh dari
lingkungannya rumah dan lingkungan tetangga serta menjelajah daerah baru.
Misalnya, rumah tua yang tak terpakai, rumah baru yang sedang dibangun, akan
membangkitkan minat anak. Anak kota ingin menjelajah desa, sementara anak desa
ingin menjelajah lingkungan kota.
Karena kegiatan menjelajah pada masa akhir kanak-kanak lebih senang bila
dilakukan bersama anak lain. Pada periode ini menjelajah menjadi aktivitas yang
popular. Popularitas menjelajah sebagai kegiatan bermain menimbulkan banyak
kegiatan rekreasi dari kelompok terorganisasi, seperti pramuka. Selain
menjelajah, kecenderungan rasa ingin tahu yang sangat tinggi dapat dipenuhi
dengan melakukan beberapa aktivitas lain, salah satunya adalah dengan membaca
karya sastra anak bergenre fantasi.
Banyak ragam dan jenis permainan yang berkembang dari waktu ke waktu. Mulai
dari permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern. Tentu saja
semua itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak membahayakan
bagi perkembangan anak.
Secara umum,
jenis permainan anak dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
a.
Permainan Aktif
Permainan yang biasanya melibatkan lebih dari satu orang anak. Bentuknya
bisa berupa olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan kinestesik dan
lebih jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar meraih keunggulan, serta
belajar bertahan dalam persaingan. Bentuk permainan seperti ini secara tidak langsung
juga melatih aspek kognitif anak untuk belajar mengatur dan menentukan strategi
dalam meraih kemenangan, serta mengasah aspek afektif anak untuk bersikap
sportif dan belajar menerima kekalahan ketika ia gagal.
b.
Permainan Pasif
Permainan ini bersifat mekanis dan biasanya dilakukan tanpa teman yang
nyata, bentuk konkretnya seperti main game. Jenis permainan seperti ini
memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya ialah anak bisa memiliki
keterampilan tertentu yang bisa berproses menjadi sebuah keahlian tertentu,
sehingga bermanfaat untuk kehidupannya kelak. Main game di komputer biasanya
membutuhkan keterampilan dan strategi yang tepat dari pemainnya Negatifnya
ialah keranjingan dan ketergantungan berlebihan bila tidak diatur dan dibatasi
oleh orang tuanya. Secara mental dan psikologis pun, anak akan cenderung
menuntut untuk selalu menjadi nomor satu, bersikap egoistis, selalu ingin
berkuasa dan memegang kendali atas sesuatu baik dalam keluarga maupun ketika ia
bermain dengan temannya. Ini terjadi karena ia terbiasa senantiasa menang
menghadapi lawan pasifnya (seperti komputer). Sikap ini kemungkinan besar akan
menjadikan anak tidak bisa menerima kekalahan dan kegagalan, serta kurang
nyaman bersosialisasi. Dalam kondisi tertentu, ketergantungan terhadap permainan
pasif bisa menghambat kreativitas anak. Anak menjadi kurang kreatif karena
terbiasa dengan program yang sudah siap pakai
c.
Permainan
fantasi
Permainan imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita
mungkin sering melihat dan mendengar anak kecil berbicara sendiri ketika
bermain boneka. Sebenarnya ia memiliki fantasi dan imajinasi sendiri mengenai
tokoh yang dimainkannya melalui boneka itu. Permainan seperti ini baik untuk
kecerdasan otak kanan karena dengan sendirinya anak belajar berperan dengan
berbagai karakter yang diciptakannya, merasakan sisi emosional tokoh-tokoh yang
ada dalam imajinasinya, serta lambat laun akan memahami nilai baik dan buruk
sebuah sikap dan sifat. Namun, sebaiknya anak diberikan ruang dan waktu untuk
bermain secara berimbang antara permainan aktif, pasif dan fantasi agar
kecerdasan otaknya juga seimbang.
Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai
nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa
perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi
sarana dan proses belajar yang efektif buat anak, proses belajar yang tidak
sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain
sebagai sebuah praktik dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak. Dengan
bermain, anak bisa merasa bahagia. Rasa bahagia inilah yang menstimulasi
syaraf-syaraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah
memori baru Memori yang indah akan membuat jiwanya sehat, begitupun sebaliknya.
Karena itu, banyak manfaat dari bermain untuk mengoptimalkan perkembangan anak,
di antaranya :
1)
Learning by
planning.
Bermain bagi anak dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari,
melompat atau duduk, serta motorik halus seperti menulis, menyusun gambar atau
balok, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motorik kasar dan halus akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Secara tidak
langsung, permainan merupakan perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai
kematangan dan keseimbangan di masa perkembangannya
2)
Mengembangkan
otak kanan.
Dalam beberapa kondisi belajar formal, seringkali kinerja otak kanan tidak
optimal. Melalui permainan, fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena
bermain dengan teman sebaya seringkali menimbulkan keceriaan bahkan
pertengkaran. Hal ini sangat berguna untuk menguji kemampuan diri anak dalam
menghadapi teman sebaya , serta mengembangkan perasaan realistis anak akan
dirinya. Artinya, ia dapat merasakan hal-hal yang dirasa nyaman dan tidak nyaman
pada dirinya dan terhadap lingkungannya, serta dapat mengembangkan penilaian
secara objektif dan subjektif atas dirinya.
3)
Mengembangkan
pola sosialisasi dan emosi anak.
Bermain dapat menjadi sarana anak untuk belajar menempatkan dirinya sebagai
makhluk sosial. Dalam permainan anak berhadapan dengan berbagai karakter yang
berbeda, sifat dan cara berbicara yang berbeda pula, sehingga ia dapat mulai
mengenal heterogenitas dan mulai memahaminya sebagai unsur penting dalam
permainan. Anak juga dapat mempelajari arti penting nilai keberhasilan pribadi
dalam kelompok; serta belajar menghadapi ketakutan, penolakan, juga nilai baik
dan buruk yang akan memperkaya pengalaman emosinya. Dengan kata lain, bermain
membuat dunianya lebih berwarna, perasaan kesal, marah, kecewa, sedih, senang,
bahagia akan secara komplit ia rasakan dalam permainan. Hal ini akan menjadi
pengalaman emosional sekaligus belajar mencari solusi untuk menanggulangi
perasaan-perasaan tersebut di kemudian hari.
4)
Belajar memahami
nilai memberi dan menerima.
Bermain bersama teman sebanya bisa membuat anak belajar memberi dan
berbagi, serta belajar memahami nilai take and give dalam kehidupannya sejak
dini. Melalui permainan, nilai-nilai sedekah dalam bentuk sederhana bisa
diterapkan. Misalnya berbagi makanan atau minuman ketika bermain, saling
meminjam mainan atau menolong teman yang kesulitan. Anak juga akan belajar
menghargai pemberian orang lain sekali pun ia tidak menyukainya, menerima
kebaikan dan perhatian teman-temannya. Proses belajar seperti ini tidak akan
diperolah anak dengan bermain mekanis/pasif, karena lawan atau teman bermainnya
adalah benda mati.
5)
Sebagai ajang
untuk berlatih merealisasikan rasa dan sikap percaya diri (self confidence),
mempercayai orang lain (trust to people), kemampuan bernegosiasi (negotiation
ability) dan memecahkan masalah (problem solving).
Ragam permainan dapat mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan
bernegosiasi, serta memupuk kepercayaan diri anak untuk diakui di lingkungan
sosialnya. Anak juga akan belajar menghargai dan mempercayai orang lain,
sehingga timbul rasa aman dan nyaman ketika bermain. Rasa percaya diri dan
kepercayaan terhadap orang lain dapat menimbulkan efek positif pada diri anak,
ia akan lebih mudah belajar memecahkan masalah karena merasa mendapat dukungan
sekalipun dalam kondisi tertentu ia berhadapan dengan masalah dalam lingkungan
bermainnya.
Reamonn O Donnchadha dalam buku The Confident Child menyatakan bahwa “Permainan akan memberi
kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar
memecahkan masalah.” Kepercayaan merupakan modal dalam membina sebuah hubungan,
termasuk hubungan pertemanan anak kecil. Kepercayaan juga dapat menjadi
motivasi untuk memecahkan masalah karena tanpa itu masalah tidak akan pernah benar-benar
selesai dan sebuah hubungan menjadi tidak langgeng.
B. Fantasi Anak
Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang
tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain
untuk fantasi adalah imajinasi.
Fantasi bisa
juga merupakan sebuah genre yang menggunakan bentuk sihir dan supranatural
sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film. Genre
fantasi secara umum dibedakan dengan genre sains fiksi yang lebih bertemakan
ilmiah dan horor tentang hal yang mengerikan.
Salah satu arti fantasi, menurut Webster's New World Dictionary (1986),
sedikit banyak berkaitan dengan serangkaian citra atau gambaran, seperti yang
muncul dalam lamunan, yang biasanya mengandung sejumlah hasrat yang tidak terpenuhi.
Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak ayal yang serba indah, serba cakap, serba
kuat (ideal). Cuma satu yang menjadi ganjalan, semuanya itu tidak realistis.
Tidak sesuai dengan kenyataan, dan dengan demikian, menyangkali kebenaran.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau
bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri
dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang
mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
1.
Secara disadari, yaitu apabila
individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal seorang pelukis yang
sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
2.
Secara tidak disadari, yaitu bila
individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya.
Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering
mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau
maksud dari anak untuk berdusta. Misal seorang anak memberikan berita yang
tidak sesuai dengan keadaan yang senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud
untuk berbohong.
Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan sesuatu
yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan sesuatu
yang baru.
C. Macam-Macam Fantasi
Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun
demikian sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang
dipimpin.
Fantasi yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk atau jenis fantasi
yang menciptakan sesuatu. Fantasi model demikian banyak dimilki oleh seniman,
desainer juga anak-anak.
Fantasi yang dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis
fantasi yang dituntun oleh fihak lain. Misal seorang yang melihat film, orang
ini dapat meliputi apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan
atau tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu, sehingga dengan demikian
fantasinya dituntun atau dipimpin oleh film tersebut.
Bila dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas tiga
fantasi yaitu :
1.
Fantasi yang mengabstraksi,
Yaitu fantasi yang cara orang
berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian
yang dihilangkan. Misal anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk
menjelaskan maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu lapangan. Bayangan
lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan gurun pasir tersebut.
Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak bagian-bagian lapangan yang
diabstrksikan. Dalam berfantasi gurun pasir dibayangkan seperti lapangan,
tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya, dan tanahnya itu melulu pasir semua,
bukan rumput.
2.
Fantasi yang mendeterminasi,
Yaitu cara orang berfantasi dengan
mendeterminasi terlebih dahulu. Misal anak belum pernah melihat harimau. Yang
telah mereka kenal kucing; maka kucing digunakan sebagai bahan untuk memberikan
pengertian tentang harimau. Dalam berfantasi harimau, dalam bayangan seperti
kucing, tetapi bentuknya besar.
3.
Fantasi yang mengombinasi,
Yaitu orang berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian-pengertian
atau bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan.
Misal berfantasi tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang
wanita, tetapi badannya badan ikan. Jadi adanya kombinasi dari kepala manusia
badan ikan.Fantasi yang mengombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misal
ingin membuat rumah dengan mengombinasikan rumah model eropa dengan atap model
minangkabau.
Fantasi bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain,
fantasi lebih bersifat subjektif. Dalam orang berfantasi bayang-bayang atau
tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam diri orang memegang peran yang sangat
penting. Bayangan yang ditimbulkan karena fantasi disebut bayangan fantasi.
Bayangan fantasi berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi
merupakan hasil dari persepsi, sedang bayangan fantasi adalah hasil dari
fantasi.
Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau ke depan, maka
fantasi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi
pula orang dapat menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga
dngan demikian akan menambah bahan bayangan yang ada pada individu. Namun
demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak mempunyai keburukan.
Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu
masuk dalam fantasi. Hal ini merupakan suatu bahaya, karena orang terbawa hidup
dalam alam yang tidak nyata. Fantasi juga dapat menimbulkan kedustaan, takhayul
dan sebagainya.
Untuk anak-anak, fantasi adalah bagian penting dari kehidupan.
Cerita-cerita Anak-anak yang diceritakan dan permainan mereka mempengaruhi
spiritual, emosional, dan pertumbuhan mental mereka. Dalam bermain, anak-anak
mengembangkan pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain,
pengetahuan mereka tentang dunia fisik, dan kemampuan mereka untuk
berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi
materi dan dunia imajinasi dan hubungan mereka kepada mereka. Melalui fantasi
bermain, anak-anak belajar dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat.
Bermain biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup
refleksi serius. Bermain adalah cara belajar yang membantu mengembangkan
pendekatan untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan aspek kunci dari banyak
fantasi bermain. Melalui bermain dan melalui proses keingintahuan dan
kreativitas, anak menguji segala macam asumsi dan gagasan tentang diri mereka
sendiri, orang lain, dan dunia. Orang Dewasa juga mendapatkan banyak pemahaman
tentang dunia melalui bermain. Bermain adalah sarana jiwa untuk dapat
berkembang.
Banyak permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang
berlangsung di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia.
Pengalaman menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain.
Bermain dapat digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing
anak-anak untuk mengembangkan kualitas positif.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan informasi yang diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1.
Setiap anak memiliki potensi yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap potensi yang dimiliki anak dapat
dikembangkan. Perkembangan dapat diartikan bahwa perkembangan tidak terbatas
pada pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkai perubahan psykis yang berlangsung terus-menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
individu.
Untuk mengembangkan potensi dan
fantasi anak dapat dilakukan dengan teknik permainan yang dapat mendidik siswa:
a.
Permainan Aktif
b.
Permainan Pasif
c.
Permainan fantasi
2.
Sedangkan untuk mengoptimalkan perkembangan potensi dan
fantasi anak usia Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Learning by planning.
b.
Mengembangkan otak kanan.
c.
Mengembangkan pola sosialisasi dan
emosi anak.
d.
Belajar memahami nilai memberi dan
menerima.
e.
Sebagai ajang untuk berlatih
merealisasikan rasa dan sikap percaya diri (self
confidence), mempercayai orang lain (trust
to people), kemampuan bernegosiasi (negotiation
ability) dan memecahkan masalah (problem
solving).
DAFTAR PUSTAKA
Siti
Rahayu Haditono. Monks, FJ. Knoers, AMP. (2004). Psikologi Perkembangan, pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gajah mada University Press.
Suharnan, Prof. Dr. MS. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
M. Alisuf Sabri. (2001).
Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan.
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar