BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut
berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan/penelitiannya. Dengan
demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi
terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan berasal.
Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak
menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajian hal-hal normatif.
Ilmu pengetahuan hanya membahas segala sisi yang sifatnya positif semata.
Hal-hal yang bekaitan dengan kaedah, norma atau aspek normatif lainnya tidak
dapat menjadi bagian dari lingkup ilmu pengetahuan. Bagaimana ilmu pengetahuan
diperoleh? Ilmu pengetahuan dihasilkan dari perilaku berfikir manusia yang
tersusun secara akumulatif dari hasil pengamatan atau penelitian. Berfikir
merupakan kegiatan penalaran untuk mengeksplorasi suatu pengetahuan atau pengalaman
dengan maksud tertentu. Makin luas dan dalam suatu pengalaman atau pengetahuan
yang dapat dieksplorasi, maka makin jauh proses berfikir yang dapat dilakukan.
Hasil eksplorasi pengetahuan digunakan untuk mengabstraksi obyek menjadi
sejumlah informasi dan mengolah informasi untuk maksud tertentu. Dikaitkan
dengan filsafat ilmu. Filsafat diartikan sebagai pengetahuan suatu makan.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (2012) Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Dewasa ini filsafat ilmu kurang begitu dipahami, hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang tidak memahami apa itu ontologi, apa itu metafisika.
Untuk itu perlu dijelaskan tentang dimensi ontologi. Bertitik pangkal dari
permasalahan di atas, penulis akan menjelaskan pengertian ontologi, objek
kajian ontologi, aliran dalam metafisika dan teologi. Salah satunya dengan
makalah yang berjudul “Dimensi Kajian Filsafat Ilmu”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.
Objek apa saja yang menjadi kajian ontologi?
2.
Bagaimana cara mengetahui objek kajian ontologi?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan
latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
makalah ini secara umum adalah untuk memperoleh penjelasan singkat tentang “Dimensi
Kajian Filsafat Ilmu”. Secara lebih terperinci tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mendapatkan gambaran tentang objek apa saja yang menjadi
kajian ontologi.
2.
Mendapatkan informasi tentang cara mengetahui objek kajian
ontologi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Ontologi
Menutut Wikipedia Bahasa Indonesis (2012) ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian ontologi baik menurut bahasa, istilah dan para ahli.
1.
Menurut Bahasa
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada,
dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2.
Menurut
Istilah
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakanultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
3.
Menurut
Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a.
apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b.
bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut,
dan
c.
bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan.
4.
Menurut
Soetriono & Hanafie (2007) dalam Hilda (2012)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup
wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari
pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek
ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang
menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam
kenyataan dan keberadaan.
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat
yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan
dikaji secara tersendiri menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri.
Pengertian ontologi ini menjadi sangat beragam dan berubah sesuai dengan
berjalannya waktu.
B. Objek Kajian Ontologi
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada dan pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia, seperti batua-batuan, binatang, tumbuhan, atau manusia itu sendiri; berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris. Inilah yang merupakan salah satu ciri ilmu yakni orientasi terhadap dunia empiris.
Pengetahuan keilmuan mengenai obyek-obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan. Penyederhanaan ini perlu, sebab kejadian alam yang sesungguhnya begitu kompleks, dengan sampel dari berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Ilmu tidak bermaksud “memotret” atau “memproduksikan” suatu kejadian tertentu dan mengabstraksikan dalam bahasa keilmuan.
C. Landasan – Landasan Ontologi
1.
Landasan
Ontologi Etika
Secara ontology etika adalah bagian yang tak terpisahkan dari peradaban
umat manusia. Sifat dasarnya sangat kritis, karena selalu mempersoalkan
norma-norma yang berlaku, menyelidiki dasar dari norma-norma tersebut, begitu
juga siapapun yang menetapkan norma-norma itu. Etika berasal dari Bahasa
Yunani, Ethos, yang dapat diartikan juga kebiasaan, dan dapat pula berarti
susila juga bias diartikan adat istiadat.
Etika adalah cabang ilmu yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar penilaian moral. Dengan adanya etika, maka manusia bisa
menilai benar, salah, baik ataupun buruk. Etika terbagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu meta-etika, (studi konsep etika), etika normative (studi penentuan
nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika)
a.
Meta-etika
Meta-etika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya
suatu tidakan atau peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang
dibahas dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.
b.
Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika Normatif
merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
c. Etika Terapan
Etika terapan dibagi menjadi 2, yaitu etika khusus, dan umum. Etika umum
berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia
untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika, lembaga-lembaga normative dan semacamanya. Etika Khusus
adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.
2. Landasan Ontologi Moral
Landasan Ontologi Moral, diartikan sebagai Etika (Ilmu Akhlak) sejak sekitar abad ke 5 Sebelum Masehi sudah banyak dibicarakan secara mendalam, didiskusikan dan dianalisa dikalangan para pemikir yang memfokuskan diri pada Falsafah Hidup dan Perilaku manusia.
Dari seluruh pemikiran selama berabad abad mengenai moral barangkali bisa disimpulkan secara sederhana walau jauh dari sempurna; bahwa : “Moral (Ilmu Akhlak)” ini erat hubungannya dengan perilaku manusia yang tulus keluar dari batin sanubari dalam tiap pemikiran, perkataan, perbuatan (tindakan) nyata dalam koridor yang pasti untuk tidak menyakiti baik lahir mapun batin, menindas, menyinggung, meremehkan, melecehkan, merendahkan dan menghilangkan hak pribadi serta menginjak martabat pihak lain secara terbuka maupun tersembunyi dimana dia berada atau dalam jangkauannya serta mutu akhlaknya bisa diterima sebagian besar umat manusia”.
Istilah moral berasal dari kata latinn “Mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu seperti :a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara keteertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minuman keras dan berjudi.
Karenanya moral selalu berhubungan dengan cara berpikir manusia yang dicetuskan dalam perilaku nyata dan bisa dinilai oleh pihak sesamanya baik melalui cara mendengar, melihat, merasa (diolah dalam pikiran dan hati sanubari), dibuktikan dan terlihat dengan jelas segala perbuatan dan tindakannya yang sesuai antara kata dan perbuatan.
D. Aliran dalam Metafisika
Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) =
"setelah atau di balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal
di alam") adalah cabang filsafat yang
mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika
adalah studi keberadaan atau realitas.
Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari
suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Beberapa Tafsiran Metafisika, dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu. Di bawah ini merupakan aliran – aliran metafisika diantaranya adalah:
1.
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua baik yang asal berupa materi ataupun
berupa rohani. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :
a.
Materialisme
Aliran ini
menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Menurut
Rapar dalam Soetriono & Hanafie (2007), materialisme menolak hal-hal yang
tidak kelihatan. Baginya, yang ada sesungguhnya adalah keberadaan yang
semata-mata bersifat material atau sama sekali tergantung pada material.
b.
Idealisme
Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu
semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang. Menurut Rapar dalam Soetriono & Hanafie
(2007), segala sesuatu yang tampak dan terwujud nyata dalam alam indrawi hanya
merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia
idea.
2.
Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai
asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Dualisme mengakui
bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan mental atau
yang beradanya tidak kelihatan secara fisis.
3.
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk
ini semuanya nyata.
E. Teologi
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia (2012) Teologi (bahasa Yunani θεος, theos,
"Allah, Tuhan", dan
λογια, logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana")
adalah wacana
yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan.
Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi
segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog
berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk
mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi
memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi keagamaannya
sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, menolong membuat perbandingan antara
berbagai tradisi, melestarikan, memperbaharui suatu tradisi tertentu, menolong
penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam
suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.
Menurut Mujtahid (2012) dijelaskan dalam tradisi Islam, penggunaan istilah "teologi" agaknya kurang mengakar, bahkan sebagian kalangan memandang kurang tepat, dibandingkan dengan istilah kalam. Secara etimologis, kalam berasal dari bahasa Arab, yang berarti kata-kata. Artinya, kalam adalah sabda Tuhan, yang pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan keras dikalangan umat Islam abad IX-X masehi, yang mendorong timbulnya pertikaian sesama umat Muslim. Istilah kalam juga bermakna ‘kata-kata manusia'. Karena dengan kalam (kata-kata), manusia bisa bersilat lidah dalam mempertahankan argumen-argumennya. Meski demikian, kata "teologi" akhirnya dapat diterima dalam bidang kajian Islam.
Ada sebuah buku terkenal yang menjadi rujukan utama para pemikir intelektual muslim, yaitu al-Milal wa al-Nihal. Karya tersebut ditulis al-Syahrastani yang berbicara tentang sejarah teologi secara komprehensif dan sejumlah aliran-aliran teologi Islam, mulai dari pertumbuhan, perkembangan dan titik kulminasi kemajuannya. Aliran-aliran yang terungkap, tidak saja terbatas pada aliran yang masih eksis (hidup), tetapi juga non-eksis (telah meninggal). Tak kurang dari enam aliran, serta cabang-cabangnya terkupas tuntas oleh al-Syahrastani dalam kitab tersebut.
Pembicaraan tentang teologi adalah pembicaraan yang mendasar. Berbeda dengan fiqh, teologi merupakan bahasan seputar aspek ushul (pokok atau pondasi agama). Sementara fiqh, tinjauannya cenderung masalah furu' (cabang atau ranting). Sudah barang tentu kajian teologi adalah menyangkut pembahasan soal ke-Tuhanan, soal iman-kafir, siapa yang sebenarnya Muslim dan masih tetap dalam Islam, dan siapa yang sebenarnya kafir dan telah keluar dari Islam. Selain itu, pembahasan juga diarahkan mengenai posisi orang Muslim yang mengerjakan hal-hal yang haram dan mengenai orang kafir yang mengerjakan hal-hal yang baik.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan informasi yang diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek. Ringkasnya,
pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika.
Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang
“ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini
sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi,
tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari
metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling
terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran
filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban
tentang apakah alam ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hilda. (2012). Filsafat Ilmu Ontologi Pengetahuan. [Online] http://hilda08.wordpress.com/filsafat-ilmu_ontologi-pengetahuan/ [18 Maret 2012]
Jujun, S Suriasumantri. (1990). Filsafat Ilmu, sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mujtahid. (2012). Sejarah Asal Usul Aliran Teologi Islam. [Online] http://uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2649:sejarah-asal-usul-aliran-teologi-islam&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210 [18 Maret 2012]
Rena. (2012). Landasan Ontologi Etika. [Online] http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2263108-landasan-ontologi-etika/ [18 Maret 2012]
___________. Landasan Ontologi Moral. [Online] http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2263115-landasan-ontologi-moral/ [18 Maret 2012]
Wikipedia. (2012). Ontologi. [Online] http://id.wikipedia.org/wiki/Ontologi [18 Maret
___________. Teologi. [Online] http://id.wikipedia.org/wiki/Teologi [18 Maret 2012]
DILARANG KERAS MENYADUR/ MENYALIN/ MENGUTIP DI LUAR ETIKA KEILMUAN.